Rabu, 05 Agustus 2009

Busyra (Berita Gembira) untuk Ahlussunnah; al Asya'irah dan al Maturidiyyah


Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Konstantinopel (Istanbul sekarang) pasti akan dikuasai, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang berhasil manguasainya dan sebaik-sebaik tentara adalah tentara tersebut" (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya).


Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam memuji sultan Muhammad al Fatih karena beliau adalah seorang sultan yang shalih, aqidahnya sesuai dengan aqidah Rasulullah. Seandainya aqidahnya menyalahi aqidah Rasulullah, Rasulullah tidak akan memujinya. Seperti maklum diketahui dan dicatat oleh sejarah bahwa sultan Muhammad al Fatih adalah Asy'ari Maturidi, meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat. Dengan demikian hadits ini adalah busyra (berita gembira) bagi seluruh Ahlussunnah, al Asy'ariyyah dan al Maturidiyyah bahwa aqidah mereka sesuai dengan aqidah Rasulullah, maka berbahagialah orang yang senantiasa mengikuti jalan mereka.


Aqidah al Asy'ariyyah dan al Maturidiyyah adalah aqidah kaum muslimin dari kalangan Salaf dan Khalaf, aqidah para khalifah dan sultan, seperti sultan Shalahuddin al Ayyubi –semoga Allah meridlainya-. Sulthan Shalahuddin al Ayyubi adalah seorang 'alim, penganut aqidah Asy'ariyyah dan madzhab Syafi'i, hafal al Qur'an dan kitab at-Tanbih dalam fiqh Syafi'i serta sering menghadiri majlis-majlis ulama hadits. Al Imam Muhammad ibn Hibatillah al Barmaki menyusun untuk sulthan Shalahuddin al Ayyubi sebuah risalah dalam bentuk nazham berisi aqidah Ahlussunnah dan ternyata sultan sangat tertarik dan akhirnya memerintahkan agar aqidah ini diajarkan kepada umat Islam, kecil dan besar, tua dan muda, sehingga akhirnya risalah tersebut dikenal dengan nama al Aqidah ash-Shalahiyyah. Risalah ini di antaranya memuat penegasan bahwa Allah maha suci dari benda (jism), sifat-sifat benda dan maha suci dari arah dan tempat. Sulthan Shalahuddin adalah seorang ‘alim yang bermadzhab Syafi’i, mempunyai perhatian khusus dalam menyebarkan al 'Aqidah as-Sunniyyah. Beliau memerintahkan para muadzdzin untuk mengumandangkan al 'Aqidah as-Sunniyyah di waktu tasbih (sebelum adzan Shubuh) pada setiap malam di Mesir, seluruh negara Syam (Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon), Mekkah dan Madinah, sebagaimana dikemukakan oleh al Hafizh as-Suyuthi (W 911 H) dalam al Wasa-il ila Musamarah al Awa-il dan lainnya. Sebagaimana banyak terdapat buku-buku yang telah dikarang dalam menjelaskan al 'Aqidah as-Sunniyyah dan senantiasa penulisan itu terus berlangsung.


Al Hafizh Muhammad Murtadla az-Zabidi (W. 1205 H) dalam Syarh Ihya 'Ulum ad-Din, Juz II, h. 6, mengatakan: "Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama'ah maka yang dimaksud adalah al Asy'ariyyah dan al Maturidiyyah". Kemudian beliau mengatakan: "Al Imam al 'Izz ibn Abd as-Salam mengemukakan bahwa aqidah al Asy'ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi'i, madzhab Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala' al Hanabilah)". Apa yang dikemukakan oleh al 'Izz ibn Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama di masanya, seperti Abu 'Amr ibn al Hajib (pimpinan ulama Madzhab Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushayri pimpinan ulama Madzhab Hanafi di masanya, juga disetujui oleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh putranya Tajuddin as-Subki".


Al Hakim meriwayatkan dalam al Mustadrak dan al Hafizh Ibn 'Asakir dalam Tabyin Kadzib al Muftari bahwasanya ketika turun ayat: al-maidah 54, Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam menunjuk kepada sahabat Abu Musa al Asy'ari dan bersabda: "Mereka adalah kaum orang ini". Al Qurthubi mengatakan dalam Tafsirnya, Juz VI, h. 220: "Al Qusyairi berkata: pengikut Abu al Hasan al Asy'ari adalah termasuk kaumnya". (telah maklum bahwa al Imam Abu al Hasan al Asy'ari, Imam Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah keturunan sahabat Abu Musa al Asy'ari).



Diringkas dari buku: Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah

Lembaga LITBANG

Syabab Ahlussunnah Wal Jama’ah

(SYAHAMAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar