Sabtu, 03 Agustus 2013

Belajar Dialek Bahasa Arab



Ada banyak dialek dalam bahasa Arab. Pertanyaannya adalah manakah dialek bahasa Arab yang harus Anda pelajari jika Anda ingin berkomunikasi sebanyak mungkin dengan penutur bahasa Arab? Saya mencoba untuk memberikan ringkasan pertanyaan ini.

Bahasa Arab Klasik dan Bahasa Arab Modern
Ada satu bahasa Arab asli yang digunakan dalam Al-Qur'an yang disebut bahasa Arab klasik (Fus-hah). Ini adalah bentuk kuno yang diucapkan pada masa Al-Qur'an diwahyukan.
Kemudian ada bahasa Arab modern (BAM). Bahasa ini sama dengan bahasa Arab klasik (BAK) akan tetapi beradaptasi dalam beberapa hal dan lebih diarahkan kepada ucapan normal. Sebagai contoh, BAM memiliki kata-kata yang tidak ada dalam BAK, seperti فيلم (film) karena tentunya mereka tidak memiliki film seribu tahun yang lalu ketika BAK diucapkan. Bentuk-bentuk BAK dikatakan lebih puitis dan "lama", analogi kasar antara BAK dan BAM seperti bahasa Inggris Shakespeare dan Bahasa Inggris modern, akan tetapi terdapat perbedaan yang lebih besar dalam bahasa Inggris daripada dua jenis bahasa Arab tersebut. Penutur bahasa Arab bahkan terkadang tidak membedakan antara BAK dan BAM tersebut.
Sekarang masalahnya adalah tak seorang pun penutur BAK ataupun BAM dalam kehidupan sehari-hari mereka lagi, ini akan menjadi seperti berhadapan dengan seseorang yang berbicara bahasa Latin di Eropa. Bahasa Latin telah berubah menjadi varian yang lebih dikenal sebagai bahasa Italia, Spanyol, Perancis, Rumania. Jadi BAK telah berubah menjadi dialek-dialek yang sekarang kita akan sebutkan.
Sebelum itu, ada hal yang menarik yaitu semua orang berbicara dengan bahasa “Latin” mereka di dunia Arab karena mereka mempelajarinya di sekolah. Artinya, anak-anak belajar BAM atau BAK (seperti yang telah disebutkan bahwa orang Arab sering kali tidak membuat perbedaan keduanya) di sekolah dan semua orang-orang terdidik di seluruh seluruh dunia Arab tentunya. Mereka mempelajari bahasa ini karena Al-Qur'an ditulis dengannya. Itu berarti bahwa meskipun, kemungkinan besar, Anda tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang Italia dan Perancis menggunakan bahasa asli Latin, tapi Anda bisa melakukannya dengan bahasa asli Arab klasik.

Dialek Bahasa Arab Saat Ini
Jadi setelah kita tahu bahwa mereka tidak berbicara dengan BAM dalam kehidupan sehari-hari mereka, mari kita lihat bahasa apa yang mereka gunakan. Berikut kenyataannya adalah bahwa ada banyak dialek dan sub-dialek dan saya mencoba untuk menjelaskan dan membandingkan mereka semua di posting ini. Itu sebabnya saya hanya akan menyebutkan kelompok besar dialek –dialek dalam bahasa Arab.

Dialek Mesir  
Yaitu bentuk bahasa Arab yang diucapkan di Mesir. Sekitar 20% dari semua penutur bahasa Arab adalah penutur bahasa Arab Mesir. Dialek ini juga adalah bahasa Arab standar kedua saat ini. Bayangkan jika Latin diucapkan sebagai bahasa umum dan dikenal di kalangan orang-orang Arab berpendidikan, maka bahasa Arab Mesir hampir seperti bahasa Inggris di Barat sekarang.
Hal ini karena banyak lagu, acara, dll diproduksi dalam bahasa Arab Mesir dan juga banyak penutur bahasa Arab yang menonton TV Mesir (dan sekarang mungkin melihat di Internet) sehingga kemungkinan orang-orang dapat menggunakan dan memahami dialek Mesir. Beberapa orang menyarankan bahwa siapa pun yang menonton TV di dunia Arab akan dapat memahami Anda jika Anda berbicara dalam bahasa Arab Mesir. Itu sebabnya banyak orang mempelajari bahasa Arab Mesir, ketika mereka ingin belajar bahasa Arab.

Dialek Maghribi
Maghribi adalah dialek dari bahasa Arab yang digunakan di Maroko, Aljazair dan Tunisia. Ini mungkin adalah kelompok besar kedua bahasa Arab dan kadang-kadang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil seperti Maroko, Aljazair dll Secara garis besar, Arab ini bisa ditandai dengan bahwa mereka telah mengikuti banyak kata-kata Barat karena berdekatan dengan negara-negara Barat. Dialek ini hanya digunakan untuk berbicara karena kebanyakan tulisan dilakukan dalam BAM.

Dialek Teluk
Adalah dialek yang digunakan di negara-negara Teluk Persia seperti Kuwait, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab. Dikatakan bahwa dialek ini adalah salah satu dialek yang paling mirip dengan BAM (dengan demikian BAK juga) meskipun perbedaan besar antara keduanya memang ada. Untuk memberikan analogi kasar, jika BAM adalah bahasa Latin dan dialek Mesir adalah bahasa Inggris, maka dialek Maghribi adalah bahasa Jerman dan dialek Teluk adalah bahasa Italia (itu adalah analogi yang tepat karena kesamaan yang relatif lebih besar dengan BAK). Penguasaan dialek ini berfungsi baik di wilayah Teluk Persia dan juga di tempat lain meskipun banyak orang yang mungkin masih tidak mengerti Anda.

Dialek Sudan
Dialek yang diucapkan di Sudan. Ia memiliki cukup banyak penutur karena Sudan memiliki banyak penduduk juga. Dialek Sudan dikatakan telah dipengaruhi oleh sebagian besar bahasa lokal Afrika di wilayah Sudan sehingga dialek ini memiliki nuansa Arab-Afrika. Hal ini dapat disamakan dengan Portugis Brasil (karena memiliki pengaruh asli dari bahasa lain).

Dialek Syam
Yang terakhir yang ingin saya sebutkan di sini adalah dialek Syam. Dialek ini dituturkan di wilayah Syam, yang saat ini adalah Lebanon, Suriah, Yordania, Palestina dan beberapa tempat lainnya di wilayah itu (juga mencakup Jalur Gaza). Hal ini dapat dibagi menjadi Utara (Suriah, Lebanon) dan Selatan (umumnya Palestina) yang mana dialek Utara lebih dekat dengan dialek Teluk dan yang Selatan dekat dengan dialek Mesir. Sekali lagi, dialek Arab ini benar-benar tidak digunakan di luar wilayah Syam sehingga dapat disamakan dengan Norwegia (karena memiliki dua dialek juga).

Dialek Lainnya
Selain itu, ada banyak dialek lain seperti Dialek Iraq, Dialek Najd, Dialek Hijaz (termasuk Makkah dan Madinah didalamnya) yang bisa dibilang semua ini lebih mirip dengan dialek Teluk. Kemudian dialek Yaman (yang dikenal sangat konservatif juga dan mungkin melebihi dialek Teluk dalam kemiripannya dengan BAK) dan banyak dialek-dialek yang lain.

Jadi dialek bahasa Arab manakah yang harus saya pelajari?
Jawabannya adalah

  1. Bahasa Arab klasik jika ingin memahami Al-Quran dan As-Sunnah serta kitab-kitab para ulama Islam.
  2. Bahasa Arab Modern jika Anda ingin memahami berita dan membaca tulisan-tulisan dalam bahasa arab, dokumen resmi, buku-buku, surat kabar dan lain-lain.
  3. Dialek Mesir jika anda ingin bercakap-cakap dengan berbagai kalangan orang Arab dan dapat menonton TV Arab, memahami lirik dalam lagu dan lainnya.
  4. Dialek Hijaz (termasuk varian dialek Teluk) jika ingin bercakap-cakap dengan orang-orang di Makkah dan Madinah ketika melaksankan Haji ataupun Umrah.
  5. Dialek Qatar (termasuk sub-dialek varian dialek Teluk juga) jika ingin mengerti  percakapan Qatari.

Kamis, 01 Agustus 2013

Dalil Qunut Witir di Bulan Puasa Ramadhan

Dari 'Amr dari Hasan, bahwasanya 'Umar radiyallaahu 'anhu menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu mengimami shalat tarawih pd bulan Ramadhan, dan beliau menyuruh Ubay radiyallaahu 'anhu untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan mulai malam 16 Ramadhan. HR Ibnu Abi Syaibah 2/205 no.10

Kata Ma'mar:"Sesungguhnya aku qunut witir sepanjang tahun kecuali awal
Ramadhan sampai dengan pertengahan saya tidak qunut, demikian juga
dikalukan oleh Hasan al-Bahsri, ia menyebutkan dari Qatadah dan lainnya (Mushannaf 'Abdurrazzaq 3/120) dengan sanad yang shahih

Witir adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim, barang siapa yang hendak melakukan witir lima raka'at maka hendaknya ia melakukankannya dan barang siapa yang hendak melakukan witir tiga raka'at maka hendaknya ia melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan witir satu raka'at maka hendaknya ia melakukannya.” (HR. Abu Daud no. 1422. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di dalam kamar ketika saya berada di rumah dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam memisah antara raka’at yang genap dengan yang witir (ganjil) dengan salam yang beliau shallallahu 'alaihi wa sallam perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad 6/83. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas Radhyallahu anhu berkata: Rasulullah SAW berdoa Qunut setiap hari selama satu bulan penuh, pada solat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya dan Fajr, di akhir setiap solat. Ketika Beliau berkata "Sami'allahu liman hamidah" pada akhir rakaat, beliau berdoa (untuk kehancuran) Bani Sulaim, Ri'l, Dhakwan dan Usayyah, dan mereka yang dibelakang Beliau berkata "Amin." Beliau pernah mengirim utusan kepada mereka untuk memeluk Islam, dan Mereka membunuh para utusan tersebut. Affan berkata dalam haditsnya: Dan Ikrimah berkata: Ini adalah permulaan dari Qunut. (Musnad Ahmad no. 2746). Isnadnya Sahih.

Al Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu

اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi” (HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
 Nabi (Shallallaahu ‘ alaihi wasallam) menaikkan tangannya yang digunakan untuk berdo’a qunut an-nazilah, yakni memohon (kepada Allah, red) untuk membinasakan kaum (kafir). [Sahih: Ahmad 3/137, al-Mu'jam as-Saghir, dan al-Baihaqi didalam Dalaa'il an-Nubuwwah dan As-Sunan Al-Kubraa. Lihat juga: Irwaa' Al-Ghalil ( 2/181)].
Dan ‘Abdullaah ibn Mas’ud dahulu mengangkat tangannya saat qunut.


Senin, 29 Juli 2013

Google Translate Adds Javanese

On May 8th, 2013 Google announced that it has added support for five new languages to Google Translate, which brings the total to over 70 languages supported. The new languages are: Bosnian, Cebuano, Hmong, Javanese and Marathi. All of them except for Bosnian are considered to be in alpha status, so they still have a lot of work to do, but the company says it will continue to test and improve them in time.

Google Translate helps bridge the divide between the content available online and people’s ability to access that information. Starting today, you can translate another five languages using Google, which combined are spoken by more than 183 million people around the globe:
  • Bosnian is an official language in Bosnia and Herzegovina that’s also spoken in regions of neighboring countries and by diaspora communities around the world.
  • Cebuano is one of the languages spoken in the Philippines, predominantly in the middle (Visayas) and southern (Mindanao) regions of the nation.  
  • You can hear the Hmong language spoken in many countries across the world, including China, Vietnam, Laos, Thailand and throughout the United States.
  • Javanese is the second most-spoken language in Indonesia (behind Indonesian), with 83 million native speakers.
  • Marathi is spoken in India and has 73 million native speakers. Google Translate already supports several other Indian languages: Bengali, Gujarati, Hindi, Kannada, Tamil, Telugu and Urdu.


Javanese: Google Translate saiki ndhukung luwih saka 70 basa!
 
http://googletranslate.blogspot.com/2013/05/more-than-70-of-worlds-languages-in.html

Kamis, 25 Juli 2013

Hukum Meminta Maaf Sebelum Puasa Ramadhan Dan Pada Saat Idul Fitri

Assalamualaikum wr wb ustadz,
Pertanyaan saya sebagai berikut:
Apakah bermaaf-mafan sebelum memasuki bulan Ramadhan sejalan dengan Hadis Rosululloh SAW? Bila ya, bisa ustadz tolong jelaskan dengan hadisnya.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sepanjang apa yang kami ketahui, sampai saat ini -wallahu a’lam- kami masih belum menemukan nash hadits yangmenyebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan atau mencontohkan kita untuk saling bermaafan, khususnya pada saat menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Entahlah barangkali ada ustadz atau ulama hadits yang menemukan dalilnya. Tentu kalau ada dan shahih serta eksplisit redaksinya, kita pun perlu untuk melakukannya.
Adapun bermaaf-maafan secara umum, tidak terkait dengn masuknya bulan Ramadhan, sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Begitu banyak dalil untuk meminta maaf dan memberi maaf. Salah satunya adalah firman Allah SWT berikut ini:
فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al-Baqarah: 109)
Demikian juga di dalam ayat lain disebutkan bahwa memaafkan orang lain adalah sifat orang bertaqwa. Sementara tujuan kita berpuasa adalah juga agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَالَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imran: 132-133)
Di dalam ayat lain, disebutkan bahwa memaafkan kesalahan orang lain itu mendekatkan kita kepada sifat taqwa. Dan taqwa adalah tujuan dari kita berpuasa.
وَأَن تَعْفُواْ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Dan memberi maaf itu lebih dekat kepada takwa. (QS. Al-Baqarah: 237)
Memaafkan kesalahan orang lain adalah sebuah ibadah yang mulia. Dan sebagai muslim, Allah SWT telah mewajibkan kita untuk memberi maaf kepada orang lain. Sehingga hukum memberi maaf itu adalah wajib ‘ain, sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(QS. Al-A’raf: 199)
Selain itu, memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat salah itu akan diganjar oleh Allah SWT dengan ampunan atas dosa-dosa kita kepada Allah.
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ألاَ تُحِبُّونَ أنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ
Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. An-Nuur: 22)
Meski pun seorang yang dizalimi dibenarkan untuk membalas, namun memaafkanjauh lebih baik, di mana Allah akan memberi ganjaran dan pahalatersendiri.
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.(QS. Asy-Syura: 40)
Even untuk Saling Memaafkan
Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus menunggu even Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.
Namun kalau kita mau telusuri lebih jauh, mengapa sampai muncul trend demikian, salah satu analisanya adalah bahwa bulan Ramadhan itu adalah bulan pencucian dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal itu.
عن أَبي هريرة أنَّ رسول الله ، قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيماناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)
Kalau Allah SWT sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal memikirkan bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab dosa yang bersifat langsung kepada Allah SWT pasti diampuni sesuai janji Allah SWT, tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia?
Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yang mati syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kepada orang lain, tetap belum bisa masuk surga. Oleh karena itu, biar bisa dipastikan semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kepada Allah di bulan Ramadhan, juga meminta maaf kepada sesama manusia, agar bisa lebih lengkap. Demikian latar belakangnya.
Maka meski tidak ada dalil khusus yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW melakukan saling bermafaan menjelang Ramadha, tetapi tidak ada salahnya bila setiap orang melakukannya. Memang seharusnya bukan hanya pada momentum Ramadhan saja, sebab meminta maaf itu dilakukan kapan saja dan kepada siapa saja.
Idealnya yang dilakukan bukan sekedar berbasa-basi minta maaf atau memaafkan, tetapi juga menyelesaikan semua urusan. Seperti hutang-hutang dan lainnya. Agar ketika memasuki Ramadhan, kita sudah bersih dari segala sangkutan kepada sesama manusia.
Beramaafan boleh dilakukan kapan saja, menjelang Ramadhan, sesudahnya atau pun di luar bulan itu. Dan rasanya tidak perlu kita sampai mengeluarkan vonis bid’ah bila ada fenomena demikian, hanya lantaran tidak ada dalil yang bersifat eksplisit.
Sebab kalau semua harus demikian, maka hidup kita ini akan selalu dibatasi dengan beragam bid’ah. Bukankah ceramah tarawih, ceramah shubuh, ceramah dzhuhur, ceramah menjelang berbuka puasa, bahkan kepanitiaan i’tikaf Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, undangan berbuka puasa bersama, semuanya pun tidak ada dalilnya yang bersifat eksplisit?
Lalu apakah kita akan mengatakan bahwa semua orang yang melakukan kegiatan itu sebagai ahli bid’ah dan calon penghuni neraka? Kenapa jadi mudah sekali membuat vonis masuk neraka?
Apakah semua kegiatan itu dianggap sebagai sebuah penyimpangan esensial dari ajaran Islam? Hanya lantaran dianggap tidak sesuai dengan apa terjadi di masa nabi?
Kita umat Islam tetap bisa membedakan mana ibadah mahdhah yang esensial, dan mana yang merupakan kegiatan yang bersifat teknis non formal. Semua yang disebutkan di atas itu hanya semata kegiatan untuk memanfaatkan momentum Ramadhan agar lebih berarti. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan niat untuk merusak dan menambahi masalah agama.
Namun kita tetap menghormati kecenderungan saudara-saudara kita yang gigih mempertahankan umat dari ancaman dan bahaya bid’ah. Isnya Allah niat baik mereka baik dan luhur.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc