Assalamualaikum wr wb ustadz,
Pertanyaan saya sebagai berikut:
Apakah bermaaf-mafan sebelum memasuki bulan Ramadhan sejalan dengan
Hadis Rosululloh SAW? Bila ya, bisa ustadz tolong jelaskan dengan
hadisnya.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sepanjang apa yang kami ketahui, sampai saat ini -
wallahu a’lam-
kami masih belum menemukan nash hadits yangmenyebutkan bahwa Rasulullah
SAW memerintahkan atau mencontohkan kita untuk saling bermaafan,
khususnya pada saat menjelang masuknya bulan Ramadhan.
Entahlah barangkali ada ustadz atau ulama hadits yang menemukan
dalilnya. Tentu kalau ada dan shahih serta eksplisit redaksinya, kita
pun perlu untuk melakukannya.
Adapun bermaaf-maafan secara umum, tidak terkait dengn masuknya bulan
Ramadhan, sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Begitu banyak dalil
untuk meminta maaf dan memberi maaf. Salah satunya adalah firman Allah
SWT berikut ini:
فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. Al-Baqarah: 109)
Demikian juga di dalam ayat lain disebutkan bahwa memaafkan orang
lain adalah sifat orang bertaqwa. Sementara tujuan kita berpuasa adalah
juga agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَالَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan, baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imran: 132-133)
Di dalam ayat lain, disebutkan bahwa memaafkan kesalahan orang lain
itu mendekatkan kita kepada sifat taqwa. Dan taqwa adalah tujuan dari
kita berpuasa.
وَأَن تَعْفُواْ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Dan memberi maaf itu lebih dekat kepada takwa. (QS. Al-Baqarah: 237)
Memaafkan kesalahan orang lain adalah sebuah ibadah yang mulia. Dan
sebagai muslim, Allah SWT telah mewajibkan kita untuk memberi maaf
kepada orang lain. Sehingga hukum memberi maaf itu adalah wajib ‘ain,
sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(QS. Al-A’raf: 199)
Selain itu, memaafkan kesalahan orang lain yang telah berbuat salah
itu akan diganjar oleh Allah SWT dengan ampunan atas dosa-dosa kita
kepada Allah.
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ألاَ تُحِبُّونَ أنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ
Dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu
tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang (QS. An-Nuur: 22)
Meski pun seorang yang dizalimi dibenarkan untuk membalas, namun
memaafkanjauh lebih baik, di mana Allah akan memberi ganjaran dan
pahalatersendiri.
وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka
barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.(QS. Asy-Syura: 40)
Even untuk Saling Memaafkan
Secara umum saling bermaafan itu dilakukan kapan saja, tidak harus
menunggu even Ramadhan atau Idul Fithri. Karena memang tidak ada hadits
atau atsar yang menunjukkan ke arah sana.
Namun kalau kita mau telusuri lebih jauh, mengapa sampai muncul trend
demikian, salah satu analisanya adalah bahwa bulan Ramadhan itu adalah
bulan pencucian dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang hal itu.
عن أَبي هريرة أنَّ رسول الله ، قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيماناً
وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ متفقٌ عَلَيْهِ
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang
menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab, maka Allah telah mengampuni
dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)
Kalau Allah SWT sudah menjanjikan pengampunan dosa, maka tinggal
memikirkan bagaimana meminta maaf kepada sesama manusia. Sebab dosa yang
bersifat langsung kepada Allah SWT pasti diampuni sesuai janji Allah
SWT, tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia?
Jangankan orang yang menjalankan Ramadhan, bahkan mereka yang mati
syahid sekalipun, kalau masih ada sangkutan dosa kepada orang lain,
tetap belum bisa masuk surga. Oleh karena itu, biar bisa dipastikan
semua dosa terampuni, maka selain minta ampun kepada Allah di bulan
Ramadhan, juga meminta maaf kepada sesama manusia, agar bisa lebih
lengkap. Demikian latar belakangnya.
Maka meski tidak ada dalil khusus yang menunjukkan bahwa Rasulullah
SAW melakukan saling bermafaan menjelang Ramadha, tetapi tidak ada
salahnya bila setiap orang melakukannya. Memang seharusnya bukan hanya
pada momentum Ramadhan saja, sebab meminta maaf itu dilakukan kapan saja
dan kepada siapa saja.
Idealnya yang dilakukan bukan sekedar berbasa-basi minta maaf atau
memaafkan, tetapi juga menyelesaikan semua urusan. Seperti hutang-hutang
dan lainnya. Agar ketika memasuki Ramadhan, kita sudah bersih dari
segala sangkutan kepada sesama manusia.
Beramaafan boleh dilakukan kapan saja, menjelang Ramadhan, sesudahnya
atau pun di luar bulan itu. Dan rasanya tidak perlu kita sampai
mengeluarkan vonis bid’ah bila ada fenomena demikian, hanya lantaran
tidak ada dalil yang bersifat eksplisit.
Sebab kalau semua harus demikian, maka hidup kita ini akan selalu
dibatasi dengan beragam bid’ah. Bukankah ceramah tarawih, ceramah
shubuh, ceramah dzhuhur, ceramah menjelang berbuka puasa, bahkan
kepanitiaan i’tikaf Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, undangan berbuka
puasa bersama, semuanya pun tidak ada dalilnya yang bersifat eksplisit?
Lalu apakah kita akan mengatakan bahwa semua orang yang melakukan
kegiatan itu sebagai ahli bid’ah dan calon penghuni neraka? Kenapa jadi
mudah sekali membuat vonis masuk neraka?
Apakah semua kegiatan itu dianggap sebagai sebuah penyimpangan
esensial dari ajaran Islam? Hanya lantaran dianggap tidak sesuai dengan
apa terjadi di masa nabi?
Kita umat Islam tetap bisa membedakan mana ibadah mahdhah yang
esensial, dan mana yang merupakan kegiatan yang bersifat teknis non
formal. Semua yang disebutkan di atas itu hanya semata kegiatan untuk
memanfaatkan momentum Ramadhan agar lebih berarti. Sama sekali tidak ada
kaitannya dengan niat untuk merusak dan menambahi masalah agama.
Namun kita tetap menghormati kecenderungan saudara-saudara kita yang
gigih mempertahankan umat dari ancaman dan bahaya bid’ah. Isnya Allah
niat baik mereka baik dan luhur.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc